Peneliti dan Dosen Tamu di Griffith University Australia

Peneliti dan Dosen Tamu di Griffith University Australia

Sebuah Video  diproduksi sebagai tindak lanjut dari kegiatan Research Fellow dan Visiting Lecturer (Peneliti dan dosen tamu) Hj. Uswatun Qoyyimah, M.Ed., PhD di Griffith University, Brisbane, Australia sepanjang tahun 2018. Beliau yang juga Direktur Pascasarjana Unipdu  tergabung dalam kelompok riset (Bernstein’S PCPR research group) yang anggotanya terdiri dari para ilmuwan/professor dalam bidang sociology of education termasuk Professor Michael Apple, Professor Gabrielle Ivinson, dan Professor Parlo Singh. Riset senilai kurang lebih $ A 30. 000 berlansung dengan baik dan menghasilkan beberapa jurnal bereputasi internasional. Professor Parlo Singh sangat gembira dengan hasil yang dicapai dan berharap Kerjasama antara Unipdu dan Griffith University akan terus berlanjut.

Dalam video ini Uswatun Qoyyimah menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia tentang dampak perubahan dalam kurikulum terhadap profesionalisme guru. Dalam menganalisa data, ia menggunakan teori dan konsep  ‘classification dan framing’ yang dicetuskan oleh Bernstein (2000) dan teori profesionalisme guru. Konsep ‘classification’ dan ‘framing’ dapat menjelaskan tentang hakikat sebuah kurikulum: yakni apakah sebuah kurikulum dianggap kaku atau fleksibel.

Penelitian ini dilakukan di Indonesia selama penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang memberikan otonomi lebih besar kepada guru untuk mengembangkan kurikulum. Sehingga, guru dapat membuat materi pengajarannya cocok/sesuai dengan konteksnya. Di saat yang bersamaan, pemerintah memperkenalkan kebijakan pendidikan karakter yang mengharuskan semua guru untuk fokus pada pengenalan nilai-nilai karakter di setiap pelajarannya. Pertanyaan dari penelitian ini “Bagaimana guru dapat secara profesional menerapkan pendidikan karakter di saat mereka deberi kebebasan penuh dalam mengembangkan kurikulum?”.

Untuk menjawab pertanyaan ini. sejumlah guru senior di tiga sekolah menengah negeri dan tiga sekolah Islam diwawancarai agar menceritakan pengalamannya ketika mereka menerapkan perubahan kurikulum ini. Meskipun teori dan literatur mengenai curriculum change menunjukkan bahwa otonomi yang ditawarkan oleh KTSP berpotensi untuk memprofesionalkan guru, penelitian ini menemukan hal yang berbeda.

Bagi guru yang mendapatkan banyak kesempatan dalam mengembangkan petensi dirinya,KTSP berdampak pada meningkatnya profesionalisme mereka dalam menerapkan kurikulum. Akan tetapibagi guru yang tidak difasilitasi oleh lembaganya untuk mengembangkan profesionalismenya, KTSP berdampak kurang baik pada mereka. Artinya otonomi yang diberikan kepada guru dalam mengembangkan kurikulum akan berdampak baik atau buruk tergantung dari komitmen manajemen sekolah. Jika manajemen sekolah memberikan kesempatan kepadaguru untuk pengembangan profesinya, seperti keikutsertaan mereka dalam MGMP dan kesempatan mengikuti Pendidikan dan Latihan dalam menghadapi kurikulum baru,guru akan mampu mengembangkan kurikulum dengan baik. Jika sebaliknya, otonomi yang luas malah membuat guru kehilangan arah.

Video selengkapnya dapat dilihat disini